watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita xxx
nikmatnya ngentot dengan suster

Peristiwa ini terjadi awal April
1990 yang lalu pada waktu penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) sedang mewabah. Nah,
waktu itu aku juga terkena penyakit DBD tersebut.
Pagi itu, setelah bangun tidur, aku merasa pusing
sekali, suhu tubuh tinggi dan pegal-pegal di
sekujur tubuh. Padahal kemarin siangnya, aku
masih bisa mengemudikan mobilku seperti biasa,
tanpa ada gangguan apa-apa. Keesokan sorenya,
karena kondisi tubuhku semakin memburuk,
akhirnya aku pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD)
sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta. Ketika aku
periksa darah di laboratorium klinik di rumah sakit
tersebut, ternyata hasilnya trombosit-ku turun
jauh menjadi hampir separuh trombosit yang
normal. Akhirnya karena aku tidak mau
menanggung resiko, sore itu juga aku terpaksa
harus rawat inap alias diopname di rumah sakit
tersebut.
Aku memperoleh kamar di kelas satu. Itu pun
satu-satunya kamar yang masih tersedia di
rumah sakit tersebut. Kamar-kamar lainnya
sudah penuh terisi pasien, yang sebagian besar di
antaranya juga menderita DBD sepertiku. Di
kamar itu, ada dua tempat tidur, satu milikku dan
satunya lagi untuk seorang pasien lagi, tentu saja
cowok juga dong. Kalau cewek sih bakal jadi
huru-hara tuh! Dari hasil ngobrol-ngobrol aku
dengannya, ketahuan bahwa dia sakit gejala tifus.
Akhirnya, aku menghabiskan malam itu
berbaring di rumah sakit. Perasaanku bosan
sekali. Padahal aku baru beberapa jam saja di situ.
Tapi untung saja, teman sekamarku senang sekali
mengobrol. Jadi tidak terasa, tahu-tahu jam
sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Di
samping mata sudah mengantuk, juga kami
berdua ditegur oleh seorang suster dan dinasehati
supaya istirahat. Aku dan teman baruku itu tidur.
Saking nyenyaknya aku tidur, aku terkejut pada
saat dibangunkan oleh seorang suster. Gila!
Suster yang satu ini cantik sekali, sekalipun
tubuhnya sedikit gempal tapi kencang. Aku tidak
percaya kalau yang di depanku itu suster. Aku
langsung mengucek-ngucek mataku. Ih, benar!
aku tak bermimpi! aku sempat membaca name
tag di dadanya yang sayangnya tidak begitu
membusung, namanya Vika (bukan nama
sebenarnya).
Mas, sudah pagi. Sudah waktunya bangun, kata
Suster Vika.Nggg dengan sedikit rasa segan
akhirnya aku bangun juga sekalipun mata masih
terasa berat.Sekarang sudah tiba saatnya mandi,
Mas, kata Suster Vika lagi.Oh ya. Suster, saya
pinjam handuknya deh. Saya mau mandi di
kamar mandi.Lho, kan Mas sementara belum
boleh bangun dulu dari tempat tidur sama
dokter.Jadi?Jadi Mas saya yang
mandiin.Dimandiin? Wah, asyik juga kayaknya
sih. Terakhir aku dimandikan waktu aku masih
kecil oleh mamaku.
Setelah menutup tirai putih yang mengelilingi
tempat tidurku, Suster Vika menyiapkan dua
buah baskom plastik berisi air hangat. Kemudian
ada lagi gelas plastik berisi air hangat pula untuk
gosok gigi dan sebuah mangkok plastik kecil
sebagai tempat pembuangannya. Pertama-tama
kali, suster yang cantik itu memintaku gosok gigi
terlebih dahulu. Oke, sekarang Mas buka kaosnya
dan berbaring deh, kata Suster Vika lagi sambil
membantuku melepaskan kaos yang kupakai
tanpa mengganggu selang infus yang
dihubungkan ke pergelangan tanganku. Lalu aku
berbaring di tempat tidur. Suster Vika menggelar
selembar handuk di atas pahaku.
Dengan semacam sarung tangan yang terbuat
dari bahan handuk, Suster Vika mulai menyabuni
tubuhku dengan sabun yang kubawa dari rumah.
Ah, terasa suatu perasaan aneh menjalari
tubuhku saat tangannya yang lembut tengah
menyabuni dadaku. Ketika tangan Suster Vika
mulai turun ke perutku, aku merasakan gerakan
di selangkanganku. Astaga! Ternyata batang
kemaluanku menegang! Aku sudah takut saja
kalau-kalau Suster Vika melihat hal ini. Uh, untung
saja, tampaknya dia tidak mengetahuinya.
Rupanya aku mulai terangsang karena sapuan
tangan Suster Vika yang masih menyabuni
perutku. Kemudian aku dimintanya berbalik
badan, lalu Suster Vika mulai menyabuni
punggungku, membuat kemaluanku semakin
mengeras. Akhirnya, siksaan (atau kenikmatan)
itu pun usai sudah. Suster Vika mengeringkan
tubuhku dengan handuk setelah sebelumnya
membersihkan sabun yang menyelimuti tubuhku
itu dengan air hangat.
Nah, sekarang coba Mas buka celananya. Saya
mau mandiin kaki Mas.Tapi, Suster aku mencoba
membantahnya.Celaka, pikirku.Kalau sampai
celanaku dibuka terus Suster Vika melihat
tegangnya batang kemaluanku, mau ditaruh di
mana wajahku ini.Nggak apa-apa kok, Mas.
Jangan malu-malu. Saya sudah biasa mandiin
pasien. Nggak laki-laki, nggak perempuan,
semuanya.
Akhirnya dengan ditutupi hanya selembar handuk
di selangkanganku, aku melepaskan celana
pendek dan celana dalamku. Ini membuat batang
kemaluanku tampak semakin menonjol di balik
handuk tersebut. Kacau, aku melihat perubahan di
wajah Suster Vika melihat tonjolan itu. Wajahku
jadi memerah dibuatnya. Suster Vika kelihatannya
sejenak tertegun menyaksikan ketegangan batang
kemaluanku yang semakin lama semakin parah.
Aku menjadi bertambah salah tingkah, sampai
Suster Vika kembali akan menyabuni tubuhku
bagian bawah.
Suster Vika menelusupkan tangannya yang
memakai sarung tangan berlumuran sabun ke
balik handuk yang menutupi selangkanganku.
Mula-mula ia menyabuni bagian bawah perutku
dan sekeliling kemaluanku. Tiba-tiba tangannya
dengan tidak sengaja menyenggol batang
kemaluanku yang langsung saja bertambah
berdiri mengeras. Sekonyong-konyong tangan
Suster Vika memegang kemaluanku cukup
kencang. Kulihat senyum penuh arti di wajahnya.
Aku mulai menggerinjal-gerinjal saat Suster Vika
mulai menggesek-gesekkan tangannya yang
halus naik turun di sekujur batang kejantananku.
Makin lama makin cepat. Sementara mataku
membelalak seperti kerasukan setan. Batang
kemaluanku yang memang berukuran cukup
panjang dan cukup besar diameternya masih
dipermainkan Suster Vika dengan tangannya.
Akibat nafsu yang mulai menggerayangiku,
tanganku menggapai-gapai ke arah dada Suster
Vika. Seperti mengetahui apa maksudku, Suster
Vika mendekatkan dadanya ke tanganku. Ouh,
terasa nikmatnya tanganku meremas-remas
payudara Suster Vika yang lembut dan kenyal itu.
Memang, payudaranya berukuran kecil, kutaksir
hanya 32. Tapi memang yang namanya
payudara wanita, bagaimanapun kecilnya, tetap
membangkitkan nafsu birahi siapa saja yang
menjamahnya. Sementara itu Suster Vika dengan
tubuh yang sedikit bergetar karena remasan-
remasan tanganku pada payudaranya, masih
asyik mengocok-ngocok kemaluanku. Sampai
akhirnya aku merasakan sudah hampir mencapai
klimaks. Air maniku, kurasakan sudah hampir
tersembur keluar dari dalam kemaluanku. Tapi
dengan sengaja, Suster Vika menghentikan
permainannya. Aku menarik nafas, sedikit jengkel
akibat klimaksku yang menjadi tertunda. Namun
Suster Vika malah tersenyum manis. Ini sedikit
menghilangkan kedongkolanku itu.
Tahu-tahu, ditariknya handuk yang menutupi
selangkanganku, membuat batang kemaluanku
yang sudah tinggi menjulang itu terpampang
dengan bebasnya tanpa ditutupi oleh selembar
benang pun. Tak lama kemudian, batang
kemaluanku mulai dilahap oleh Suster Vika.
Mulutnya yang mungil itu seperti karet mampu
mengulum hampir seluruh batang kemaluanku,
membuatku seakan-akan terlempar ke langit
ketujuh merasakan kenikmatan yang tiada
taranya. Dengan ganasnya, mulut Suster Vika
menyedoti kemaluanku, seakan-akan ingin
menelan habis seluruh isi kemaluanku tersebut.
Tubuhku terguncang-guncang dibuatnya. Dan
suster nan rupawan itu masih menyedot dan
menghisap alat vitalku tersebut.
Belum puas di situ, Suster Vika mulai menaik-
turunkan kepalanya, membuat kemaluanku
hampir keluar setengahnya dari dalam mulutnya,
tetapi kemudian masuk lagi. Begitu terus
berulang-ulang dan bertambah cepat. Gesekan-
gesekan yang terjadi antara permukaan
kemaluanku dengan dinding mulut Suster Vika
membuatku hampir mencapai klimaks untuk
kedua kalinya. Apalagi ditambah dengan
permainan mulut Suster Vika yang semakin
bertambah ganasnya. Beberapa kali aku
mendesah-desah. Namun sekali lagi, Suster Vika
berhenti lagi sambil tersenyum. Aku hanya
keheranan, menduga-duga, apa yang akan
dilakukannya.
Aku terkejut ketika melihat Suster Vika sepertinya
akan berjalan menjauhi tempat tidurku. Tetapi
seperti sedang menggoda, ia menoleh ke arahku.
Ia menarik ujung rok perawatnya ke atas lalu
melepaskan celana dalam krem yang dipakainya.
Melihat kedua gumpalan pantatnya yang tidak
begitu besar namun membulat mulut dan
kencang, membuatku menelan air liur. Kemudian
ia membalikkan tubuhnya menghadapku. Di
bawah perutnya yang kencang, tanpa lipatan-
lipatan lemak sedikitpun, walaupun tubuhnya
agak gempal, kulihat liang kemaluannya yang
masih sempit dikelilingi bulu-bulu halus yang
cukup lebat dan tampak menyegarkan.
Tidak kusangka-sangka, tiba-tiba Suster Vika naik
ke atas tempat tidur dan berjongkok
mengangkangi selangkanganku. Lalu tangannya
kembali memegang batang kemaluanku dan
membimbingnya ke arah liang kemaluannya.
Setelah merasa pas, ia menurunkan pantatnya,
sehingga batang kemaluanku amblas sampai
pangkal ke dalam liang kemaluannya. Mula-mula
sedikit tersendat-sendat karena begitu sempitnya
liang kenikmatan Suster Vika. Tapi seiring dengan
cairan bening yang semakin banyak membasahi
dinding lubang kemaluan tersebut, batang
kemaluanku menjadi mudah masuk semua ke
dalamnya.
Tanganku mulai membuka kancing baju Suster
Vika. Setelah kutanggalkan bra yang
dikenakannya, menyembullah keluar
payudaranya yang kecil tapi membulat itu dengan
puting susunya yang cukup tinggi dan mengeras.
Dengan senangnya, aku meremas-remas
payudaranya yang kenyal. Puting susunya pun
tak ketinggalan kujamah. Suster Vika
menggerinjal-gerinjal sebentar-sebentar ketika ibu
jari dan jari telunjukku memuntir-muntir serta
mencubit-cubit puting susunya yang begitu
menggiurkan.
Dibarengi dengan gerakan memutar, Suster Vika
menaik-turunkan pantatnya yang ramping itu di
atas selangkanganku. Batang kemaluanku masuk
keluar dengan nikmatnya di dalam lubang
kemaluannya yang berdenyut-denyut dan
bertambah basah itu. Batang kemaluanku dijepit
oleh dinding kemaluan Suster Vika yang terus
membiarkan batang kemaluanku dengan tempo
yang semakin cepat menghujam ke dalamnya.
Bertambah cepat bertambah nikmatnya gesekan-
gesekan yang terjadi. Akhirnya untuk ketiga
kalinya aku sudah menuju klimaks sebentar lagi.
Aku sedikit khawatir kalau-kalau klimaksku itu
tertunda lagi.
Akan tetapi kali ini, kelihatannya Suster Vika tidak
mau membuatku kecewa. Begitu merasakan
kemaluanku mulai berdenyut-denyut kencang,
secepat kilat ia melepaskan batang kemaluanku
dari dalam lubang kemaluannya dan pindah ke
dalam mulutnya. Klimaksku bertambah cepat
datangnya karena kuluman-kuluman mulut sang
suster cantik yang begitu buasnya. Dan Crot crot
crot beberapa kali air maniku muncrat di dalam
mulut Suster Vika dan sebagian melelehi buah
zakarku. Seperti orang kehausan, Suster Vika
menelan hampir semua cairan kenikmatanku, lalu
menjilati sisanya yang belepotan di sekitar
kemaluanku sampai bersih.
Tiba-tiba tirai tersibak. Aku dan Suster Vika
menoleh kaget. Suster Mimi yang tadi
memandikan teman sekamarku masuk ke dalam.
Ia sejenak melongo melihat apa yang kami
lakukan berdua. Namun sebentar kemudian
tampaknya ia menjadi maklum atas apa yang
terjadi dan malah menghampiri tempat tidurku.
Dengan raut wajah memohon, ia memandangi
Suster Vika. Suster Vika paham apa niat Suster
Mimi. Ia langsung meloncat turun dari atas
tempat tidur dan menutup tirai kembali.
Suster Mimi yang berwajah manis, meskipun
tidak secantik Suster Vika, sekarang gantian
menjilati seluruh permukaan batang kemaluanku.
Kemudian, batang kemaluanku yang sudah mulai
tegang kembali disergap mulutnya. Untuk kedua
kalinya, batang kemaluanku yang kelihatan
menantang setiap wanita yang melihatnya,
menjadi korban lumatan. Kali ini mulut Suster
Mimi yang tak kalah ganasnya dengan Suster
Vika, mulai menyedot-nyedot kemaluanku.
Sementara jari telunjuknya disodokkan satu ruas
ke dalam lubang anusku. Sedikit sakit memang,
tapi aduhai nikmatnya.
Merasa puas dengan lahapannya pada
kemaluanku. Suster Mimi kembali berdiri.
Tangannya membukai satu-persatu kancing baju
perawat yang dikenakannya, sehingga ia tinggal
memakai bra dan celana dalamnya. Aku tidak
menyangka, Suster Mimi yang bertubuh ramping
itu memiliki payudara yang jauh lebih besar
daripada milik Suster Vika, sekitar 36 ukurannya.
Payudara yang sedemikian montoknya itu
seakan-akan mau melompat keluar dari dalam
bra-nya yang bermodel konvensional itu.
Sekalipun bukan termasuk payudara terbesar
yang pernah kulihat, tapi payudara Suster Mimi
itu menurutku termasuk payudara yang paling
indah. Menyadari aku yang terus melotot
memandangi payudaranya, Suster Mimi
membuka tali pengikat bra-nya. Benar,
payudaranya yang besar menjuntai montok di
dadanya yang putih dan mulus. Rasa-rasanya
ingin aku menikmati payudara itu.
Tetapi tampaknya keinginan itu tidak terkabul.
Setelah melepas celana dalamnya, seperti yang
telah dilakukan oleh Suster Vika, Suster Mimi,
dengan telanjang bulat naik ke atas tempat tidurku
lalu mengarahkan batang kemaluanku ke liang
kemaluannya yang sedikit lebih lebar dari Suster
Vika namun memiliki bulu-bulu yang tidak begitu
lebat. Akhirnya untuk kedua kalinya batang
kemaluanku tenggelam ke dalam kemaluan
wanita. Memang, batang kemaluanku lebih leluasa
memasuki liang kemaluan Suster Mimi daripada
kemaluan Suster Vika tadi. Seperti Suster Vika,
Suster Mimi juga mulai menaik-turunkan
pantatnya dan membuat kemaluanku sempat
mencelat keluar dari dalam liang kemaluannya
namun langsung dimasukkannya lagi.
Tak tahan menganggur, mulut Suster Vika mulai
merambah payudara rekan kerjanya. Lidahnya
yang menjulur-julur bagai lidah ular menjilati
kedua puting susu Suster Mimi yang walaupun
tinggi mengeras tapi tidak setinggi puting
susunya sendiri. Aku melihat, Suster Mimi
memejamkan matanya, menikmati senggama
yang serasa membawanya terbang ke awang-
awang. Ia sedang meresapi kenikmatan yang
datang dari dua arah. Dari bawah, dari
kemaluannya yang terus-menerus masih
dihujam batang kemaluanku, dan dari bagian
atas, dari payudaranya yang juga masih asyik
dilumat mulut temannya.
Tiba-tiba tirai tersibak lagi. Namun ketiga makhluk
hidup yang sedang terbawa nafsu birahi yang
amat membulak-bulak tidak mengindahkannya.
Ternyata yang masuk adalah teman sekamarku
dengan keadaan bugil. Karena ia merasa
terangsang juga, ia sepertinya melupakan gejala
tifus yang dideritanya. Setelah menutup tirai, ia
menghampiri Suster Vika dari belakang. Suster
Vika sedikit terhenyak ke depan sewaktu
kemaluannya yang dari tadi terbuka lebar ditusuk
batang kejantanan teman sekamarku dari
belakang, dan ia melepaskan mulutnya dari
payudara Suster Mimi. Kemudian dengan
entengnya, sambil terus menyetubuhi Suster
Vika, teman sekamarku itu mengangkat tubuh
suster bahenol itu ke luar tirai dan pergi ke tempat
tidurnya sendiri. Sejak saat itu aku tidak
mengetahui lagi apa yang terjadi antara dia
dengan Suster Vika. Yang kudengar hanyalah
desahan-desahan dan suara nafas yang terengah-
engah dari dua insan berlainan jenis dari balik tirai,
di sampingku sendiri masih tenggelam dalam
kenikmatan permainan seks-ku dengan Suster
Mimi.
Batang kemaluanku masih menjelajahi dengan
bebasnya di dalam lubang kemaluan Suster Mimi
yang semakin cepat memutar-mutar dan
menggerak-gerakan pantatnya ke atas dan ke
bawah. Tak lama kemudian, kami berdua
mengejang.Suster Saya mau keluar kataku
terengah-engah.Ah Keluarin di dalam saja Mas
jawab Suster Mimi.Akhirnya dengan gerinjalan
keras, air maniku berpadu dengan cairan
kenikmatan Suster Mimi di dalam lubang
kemaluannya. Saking lelahnya, Suster Mimi jatuh
terduduk di atas selangkanganku dengan batang
kemaluanku masih menancap di dalam lubang
kemaluannya. Kami sama-sama tertawa puas.
Sementara dari balik tirai masih terdengar suara
kenikmatan sepasang makhluk yang tengah
asyik-asyiknya memadu kasih tanpa
mempedulikan sekelilingnya.
Tepat seminggu kemudian, aku sudah dinyatakan
sembuh dari DBD yang kuderita dan
diperbolehkan pulang. Ini membuatku menyesal,
merasa akan kehilangan dua orang suster yang
telah memberikan kenikmatan tiada tandingannya
kepadaku beberapa kali.
Hari ini aku sedang sendirian di rumah dan
sedang asyik membaca majalah Gatra yang baru
aku beli di tukang majalah dekat rumah.Ting tong
Bel pintu rumahku dipencet orang.Aku membuka
pintu. Astaga! Ternyata yang ada di balik pintu
adalah dua orang gadis rupawan yang selama ini
aku idam-idamkan, Suster Vika dan Suster Mimi.
Kedua makhluk cantik ini sama-sama
mengenakan kaos oblong, membuat lekuk-lekuk
tubuh mereka berdua yang memang indah
menjadi bertambah molek lagi dengan payudara
mereka yang meskipun beda ukurannya, namun
sama-sama membulat dan kencang. Sementara
Suster Vika dengan celana jeansnya yang ketat,
membuat pantatnya yang montok semakin
menggairahkan, di samping Suster Mimi yang
mengenakan rok mini beberapa sentimeter di atas
lutut sehingga memamerkan pahanya yang putih
dan mulus tanpa noda. Kedua-duanya menjadi
pemandangan sedap yang tentu saja menjadi
pelepas kerinduanku. Tanpa mau membuang
waktu, kuajak mereka berdua ke kamar tidurku.
Dan seperti sudah kuduga, tanpa basa basi
mereka mau dan mengikutiku. Dan tentu saja,
para pembaca semua pasti sudah tahu, apa yang
akan terjadi kemudian dengan kami bertiga.


Adult | GO HOME | Exit
1/22674
U-ON

inc Powered by Xtgem.com